Semarak Nyadran, Tradisi Masyarakat Jawa Tengah Sambut Bulan Suci Ramadhan

HALUANJATENG.COM – Nyadran merupakan kegiatan rutin yang dapat Anda temukan di berapa daerah. Seperti di Jawa Tengah, Yogyakarta hingga Jawa Timur.

Menurut beberapa sumber, nyadran merupakan salah satu tradisi menyambut datangnya bulan suci Ramadan.

Namun, bagaimana asal muasal nyadran hingga menjadi tradisi yang erat kaitannya dengan menyambut bulan suci Ramadan?

Nyadran adalah sebuah tradisi yang masih erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat Jawa.

Baca Juga: Prakiraan Cuaca Pekalongan dan Sekitarnya Hari Ini, Minggu, 19 Maret 2023: Cuaca Sepanjang Hari akan Berawan

Kata nyadran sendiri merujuk pada bahasa Sanskerta “Sraddha” yang memiliki arti keyakinan.

Tradisi Nyadran sudah ada sejak era Hindhu-Budha di Nusantara, pada akhirnya berkembang dan mengalami akulturasi budaya jawa dengan islam.

Praktik nyadran pun mengalami pergeseran menjadi kegiatan mendoakan leluhur yang telah meninggal dunia.

Seiring berjalan waktu mengalami perkembangan pada aspek budaya sehingga menjadi adat dan tradisi yang mengakar dengan tambahan muatan berbagai macam kesenian.

Baca Juga: Jadwal Acara TV di TVONE dan GTV pada Minggu, 19 Maret 2023: Beragam Tayangan Menarik saat Akhir Pekan

Menurut Yanu Endar Prasetyo, Nyadran atau Sadranan adalah tradisi yang dilakukan oleh orang jawa, yang umumnya dilakukan di bulan Sya’ban pada Kalender Hijriyah atau Ruwah pada Kalender Jawa.

Nyadran mulanya bisa dilakukan kapanpun namun dalam perkembangannya kemudian bulan Ruwah.

Memilih bulan Ruwah bukan tanpa alasan, mengingat secara filosofis bulan Ruwah memiliki asosiasi dengan kata arwah.

Sehingga ruwah merujuk pada bentuk menghormati dan permohonan ampun kepada Allah SWT terhadap para orang tua dan pendahulu.